Monday, June 11, 2007

Pelajaran dari Kemacetan Lalu Lintas

Salam,


Suasana di Jakarta cukup panas, namun siangnya terkadang di guyur hujan. Itulah suasana yang harus aku jalani ketika ingin apply visa di Kedutaan Yunani di Plasa 89, Kuningan Jakarta. Ketika aku melalui beberapa jalan arteri di kawasan kuningan, terlihat fenomena kemacetan mewarnai kawasan tersebut baik di pagi hari (jam sibuk kerja dan sekolah), di siang hari (ketika "break session") dan sore hari sewaktu pulang kerja. Meskipun, petugas telah turun langsung ke lapangan untuk membantu mengatur lalu lintas, namun suasanya "semrawut" tetap saja nampak. Terdapat beberapa point yang bisa diambil pelajaran disini:

Pertama, sudah saatnya masyarakat kita berfikir untuk mengedepankan penggunaan fasilitas angkutan umum. Terdapat beberapa keuntungan yang bisa diperolehi dari penggunaan angkutan umum, yaitu (1) efisiensi energi, rasio penggunaan bahan bakar bis terhadap perjalanan untuk 30 penumpang tentunya lebih hemat dibandingkan rasio bahan bakar untuk penggunaan 30 kendaraan. (2) pengurangan kendaraan berkorelasi dengan reduksi dampak negatif lingkungan akibat gas buang kendaraan, adalah perlu difahami bahwa kendaraan bermotor utamanya bensin memberikan tingkat pencemaran udara yang cukup tinggi, apalagi jika kendaraan terakumulasi pada satu waktu dan lokasi (fenomena kemacetan), yang mana akan memberikan dampak kerusakan lingkungan yang tidak kecil. Penggunaan angkutan umum, akan lebih mengefisiensikan jumlah kendaraan pribadi. Lagi pula, peraturan perpanjangan ijin operasi kendaraan umum telah memuat kelulusan minimum emisi gas buang. (3) berpotensi menurunkan tingkat kecelakaan, meskipun alasan ini bukan major cause dan masih dalam taraf "hipotesa saya" namun penggunaan angkutan umum memiliki indikasi menurunkan tingkat kecelakaan lalu lintas. Hal ini bisa difahami dengan aturan main angkutan umum, dimana angkutan umum khususnya perkotaan yang melalui jalan arteri kota adalah kendaraan yang tidak didisain untuk berakselerasi tinggi; hanya berhenti pada tempat khusus saja; mengikuti jalur khusus atau menyusuri tepi jalan (jalur kiri-Indonesia) dan operasinya terjadwal (tidak saling kebut-kebutan). Dengan melakukan optimalisasi angkutan umum dalam segi aturan main, diharapkan reduksi kecelakaan lalu lintas bisa dilakukan.
Kedua, pemerintah sudah sepatutnya menyusun kebijakan angkutan umum yang baik dan menyediakan anggaran khusus untuk angkutan umum yang memadai. Sudah menjadi wacana umum, bahwa angkutan umum yang "baik", biasanya memerlukan banyak investasi. Dari teknologi angkutan itu sendiri (misalnya train khusus monorail, metro dan LRT) dan jaringan jalan memerlukan biaya tetap infrastruktur yang tidak kecil. Apakah pemerintah mampu ? Ini merupakan persoalan kebijakan dan prioritas. Jika diberikan kepada swasta dan investor asing, apakah mereka "berkenan", terkait dengan jaminan pengembalian investasi dan persoalan keamanan. Hal lain lagi yang perlu difikirkan adalah "ongkos operasi angkutan umum yang baik" adalah tinggi. Misalnya untuk teknologi kendaraan dengan emisi gas buang yang aman, perlu investasi mesin yang baik, teknologi saringan gas buang yang memadai, mungkin sampai kepada bahan bakar ber-kualitas baik. Belum lagi, infrastruktur penunjang, seperti Shelter, Terminal, Subterminal, Interconnecting Facilities, Public Facilities, dll. Semua itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Jadi ... perlulah pemerintah memberikan perhatian yang "besar" dan menjadikan persoalan ini adalah setaraf dengan prioritas pembangunan lainnya. Karena efek dari "efisiensi" penggunaan angkutan umum akan juga berdampak kepada penghematan energi, keselamatan, perbaikan kualitas kesehatan masyarakat dan peningkatan kualitas lingkungan, efisiensi waktu dan ekonomi, dll., yang nantinya akan juga berdampak secara signifikan terhadap pembangunan. Jadi saatnya berfikir "Kebijakan Angkutan Umum yang Berkelanjutan", bukan dalam wacana tentatif saja.
Ketiga, pembangunan infrastruktur jalan yang berterusan (dalam konteks peningkatan kapasitas dan penambahan jaringan jalan), dari Fly-over hingga triple decker atau four lines, dll., tidak menyelesaikan kemacetan. Ia hanya akan menambah permasalahan baru yaitu mendorong orang untuk "memakai kendaraan pribadi". Pendapat saya, untuk menyelesaikan kemacetan lalu lintas, peningkatan kapasitas jalan bukan merupakan solusi yang baik untuk jangka panjang. Ia hanya merupakan penyelesaian terbatas saja, atau temporary. Malahan, "nafsu" penggunaan kendaraan pribadi menjadi semakin besar. Maka untuk solusi jangka panjang adalah bagaimana mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum, tentunya, langkah pertama dengan perbaiki dulu kualitas angkutan umum saat ini.

Monday, June 4, 2007

Extremely Busy

Hari ini, tanggal 4 Juni, hari senin yang cukup melelahkan. Hampir semua kerja dan rencana riset saya untuk 2 bulan ke depan harus disiapkan. Besuk pagi, harus terbang kembali ke Jakarta untuk mengurus Visa bagi memasuki negara Eropa untuk akhir bulan ini.

Hari ini ... berbagai dokumen riset harus disiapkan, entah yang proposal, surat peminjaman peralatan seismik, surat penggunaan bahan habis pakai, surat rekomendasi Prof. untuk memasuki luar negeri dengan membawa set peralatan seismik, dokumen visa yang kurang, buku perpustakaan, set up Harmonie, call PPS untuk travel grant, mengirimkan set dokumen letter of consent untuk pak Surya di Yogya, hubungi Prof.Prakash untuk hasil review paper....aduh masih banyak lagi, ihik ihik ihik....serasa waktu cepat sekali...baru duduk, tak dirasa sudah sore menjelang. Alhamdulillah, beberapa pekerjaan telah selesai namun ada yang masih tertinggal...semoga urusan di Jakarta cepat selesai dan bisa menyiapkan sisa-sisa kerja ini dengan baik.

Huuuh...walaupun capek...tapi besuk aku pulang hehehehehe

Friday, June 1, 2007

Pembentukan PCIM dan PCIA Malaysia

Pada hari ini Sabtu tanggal 12 Mei 2007, bertempat di 80A Jalan Kuantan Taman Tasik Titiwangsa Kuala Lumpur, Malaysia, telah diselenggarakan sebuah rapat guna membahas pembentukan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah (PCIA) Malaysia. Rapat dipimpin oleh M.Imran Hanafi dengan sekretaris Nasrullah.

Rapat menghasilkan Susunan Pengurus PCIM Kuala Lumpur, Malaysia sebagai berikut: Penasehat: Drs. H. AM.Fachir, Imran Hanafi, MA., Prof.Dr. Hasan Langgulung, M. DJafnan Afandie, Ust. Raden Sofyan, Ust. Sofwan Badri, Ust. Wahab (Perlis).

Ketua : Assoc.Prof.Dr.M.Akhyar Adnan. Wakil Ketua: Zulfan Haidar, B.Psy., Drs. Syafrizal Saulan, MPA., H.Sulton, S.Ag., Dr. Aunurrohim. Sekretaris: Sonny Zulhuda, MCL., Abdul Rasyid, S.Ag., MCL., Kintoko Bendahara: Sutan Emir Hidayat, SP, MBA., Raditya Sukmana, MA., Irfan Syauqi Beik, MEc.e. Bidang Tarjih & Dakwah: Asst. Prof.Dr. Ugi Suharto, Ust. Muntaha Zaim, Lc., MA., Arifin Ismail, MA., Slamet Riyadi, ST. Bidang Pendidikan & Kader: Nirwan Safrin, MA., Ali Rahman, Sri Atmaja Putra, ST., M.Sc., Ali Muhammad, SP, MA. Bidang Pengembangan Ekonomi & ZIS: Jatmiko Setiawan, Syahreza Ihsan, Dr. Muhammad Sabri, Fathoni Usman. Bidang Dokumentasi & Publikasi: Faisal Sundani, M.Ed., M.Adnan, Lc., Mahmud Iwan S., M.Sc., Hartomi, S.E., Jamal Bakir, Andiko Asmawi.

Rapat juga membentuk Susunan Pengurus PCIA Malaysia sebagai berikut: Ketua : Inayati, ST., MT.Wakil Ketua : Mimi Fitriana, M.H.Sc. Sekretaris : Rosalina Awaina, Bendahara : Rika Nuraini, ST. Anggota : Najiha Khoirunnisa’ Dani (Ny. Syahreza) Ny. Idawati.