Thursday, May 31, 2007

Ketika Kaca Itu Telah pecah


Perspektif
Oleh: Agung Abdullah
Tuesday, 05 September 2006
diambil dari artikel di majalah sinar.
Dalam sebuah kajian, Dr. M. Quraish Shihab pernah bertanya kepada pendengarnya, “Mana yang lebih anda sukai saudara, pacar atau sahabat anda?” Sontak sebagian jamaah menjawab saudaranya lebih disukai. Sebagian lainnya, menjawab kadang-kadang dengan sahabat kita lebih bisa curhat. mendengar jawaban yang kedua itu Ust. Quraish berujar “Itu jawaban yang lebih tepat”.
Dari segi epistimologi, sahabat dapat diartikan teman. Sedangkan dalam pergaulan sahabat sering dikenal dengan yang sahabat kental, yaitu orang yang begitu dekat kepada kita sampai pada tingkat boleh mengetahui rahasia pribadi kita.Menurut Dr. Quraish, dalam Al-Qur`an dijelaskan beberapa tingkatan sahabat. Tingkatan pertama adalah shâhib yang dalam bahasa indonesia menjadi “sahabat”. Boleh jadi shâhib ini tidak seide dengan kita. Tetapi karena dia menemani kita maka kita namakan sahabat dalam perjalanan.
Ada lagi yang lebih tinggi, Al-Qur’an menamainya shâdiq dari kata shidq yang berarti: “benar” atau “jujur”. Sahabat yang baik adalah mereka yang berkata jujur kepada kita. Sikapnya akan selalu benar pada kita.Selain itu, ada yg lebih tinggi lagi. Al-Quran menyebutnya khâlil. Khâlil berasal dari akar kata yang bermakna “celah”. Maksudnya sahabat yang begitu dekat dengan kita. Ikatan persahabatan yang terjalin dengannya serta kasih sayang yang tumbuh dari hatinya masuk ke celah-celah qalbu (hati) kita. Dengan kata lainnya antara keduanya telah memadu dalam perasaan dan sehati. ketika kita sakit dia akan ikut merasakan sakit.
Khâlil ibarat melihat diri kita sendiri saat bercermin. Dalam sejarah Islam kita dapat temukan persahabatan yang terjalin antara dua sahabat Rasululllah, Sayidina Abu Bakar dan Sayidina Umar. Suatu ketika ada orang berkata, “Saya tidak tahu siapa khalifah (kepala Negara), apakah engkau wahai Abu Bakar atau Umar ?”. Abu Bakar menjawab, “Saya tetapi dia”.Rasanya saya tidak perlu menjabarkan panjang lebar arti sebuah persahabatan yang buat saya adalah segala-galanya, melebihi saudara. Karena sahabat bisa hadir dimana saja, kapan saja tanpa harus didahului dengan hubungan nasab sebagaimana saudara. Toh semakin dekatnya hubungan sahabat, secara tidak langsung kita telah menjadi saudara. Saya teringat oleh sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh ibu saya disela-sela perjalanan kami mengunjungi teman beliau yang sakit di RS dr. Oen Solo Baru. Beliau bertanya, "Apa bagian terpenting dalam tubuhmu?" dengan gampang saya jawab " Mata, telinga, otak, dan hati". Saya sudahi jawaban tersebut dengan tanpa sedikitpun rasa bersalah karena saya yakin semua yang saya sebutkan benar. Dengan sedikit tersenyum, ibu saya menjawab, " Salah". Saya bingung dan ibu pun tidak ingin membiarkan saya dalam kebingungan. Supaya, konsentrasi dalam perjalanan tidak terganggu beliau menambahi, "Yang terpenting diantara bagian tubuhmu adalah bahumu, disitulah rasa kasih dan sayangmu pada temanmu terungkapkan. Di saat dia butuh kamu, dia akan "meletakan" kepalanya diatas bahumu, di saat shalat dia kan merangkulmu untuk berjamaah, di saat kamu lalai dia akan menepuk bahumu untuk mengingatkanmu".
Ya, setiap orang memiliki alasan dalam bersahabat. Ada yang bersahabat atas dasar kesamaan aktivitas, misalnya kita bersahabat dengan si A karena dia sama-sama menyukai kegiatan ke-organisasian. Tapi, ada juga yang bersahabat karena ada kepentingan. Misalnya persahabatan para politikus, karena itu dikenal dalam dunia politik istilah “Tidak ada sahabat abadi dan tidak ada musuh abadi, Yang ada hanyalah kepentingan abadi untuk menggapai kursi".
“Begitu mulianya sebuah persahabatan. Akan tetapi, kita dengan mudah dapat "melukai" persahabatan itu sendiri. Sahabat adalah orang yang sudah dekat dan akrab dengan kita. Sehingga setiap gesekan kecil antara kita tidak akan terasa sedikitpun”, Kutipan dari Abu Bakar Ra, diatas bisa dibaratkan, sahabat adalah kaca tempat kita bercermin karena kita dalah dia. Ketika kita "pecahkan" kaca tersebut maka jangan pernah berharap kaca tersebut dapat disambung atau direkatkan lagi sebagaimana awalnya.
Jika kita sudah memiliki sahabat, tidaklah mudah untuk memeliharanya. Ada orang pandai bersahabat tetapi tidak pandai memelihara persahabatan. Islam telah mengajarkan bagaimana seseorang memelihara persahabatan.
Kalau boleh saya klasifikasikan, ada tujuh tuntutan dalam persahabatan: (kesadaran yang dituntut). Pertama, jangan mencampurbaurkan antara serius dan canda; kedua, jangan jawab marah ataupun makian dengan hal yang serupa; ketiga, jangan sekali-kali melontakan kalimat yang dibencinya; keempat, jangan lupa memberikan penghargaan atas setiap saran yang dia berikan serta jangan mencaci jika sarannya tidak berhasil; kelima, kita juga dituntut untuk menjadi pendengar yang baik; keenam, jangan pernah menampakkan jasa kepada sahabat kita; ketujuh hargailah dia, waktunya dan keberadaannya. Hal itulah yang terpenting dimana seorang sahabat akan sangat berharga ketika selalu dianggap keberadaannya dalam segala kondisi terlebih disaat yang monumental seperti saat ulang tahun.
Persahabatan yang dilandasi oleh agama tak hanya membawa manfaat di dunia tapi juga di akhirat. Karena itu di hari kemudian ada tujuh kelompok yang mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah salah satunya adalah dua orang yang bersahabat karena Allah, bertemu dan berpisah karena Allah (dalam tuntunan agama).
Secara umum, orang merasa senang dengan banyak teman. Manusia memang tidak bisa hidup sendiri. Sehingga, ia disebut sebagai makhluk sosial. Tetapi itu bukan berarti seseorang boleh semaunya bergaul dengan sembarang orang menurut selera nafsunya. Sebab, teman adalah personifikasi diri. Manusia selalu memilih teman yang mirip dengannya dalam hobi, kecenderungan, pandangan, pemikiran. Oleh sebab itu, Islam memberikan batasan-batasan yang jelas dalam persahabatan.Mencintai tanpa syarat;Berbicara tanpa perhatian;Memberi tanpa alasan;Peduli tanpa pamrih;Itulah inti dari persahabatan sejati.

Part 4:Capai "Leading and Enlightening" dari Kampus Muhammadiyah Yogyakarta

DISASTER MANAGEMENT SYSTEM RESEARCH GROUP (DIMAS)

Research Group (Principal Investigator):

Sri Atmaja P. Rosyidi (UMY), Surya Budi Lesmana (UMY), Dr.Chu-Chieh Jay Lin (NCREE), Dr.Agus Darmawan Adhi (UGM), Dr.Chang (NCREE), Dr. Yeh (NCREE), Joko Wintolo (UGM).

On May 27, 2006, a magnitude 6.3 earthquake on the Richter scale and lasted for 52 seconds struck Central Java and Yogyakarta, center for Javanese traditional arts and culture as well as a center of Indonesian higher education. Because the earthquake was relatively shallow at 33 kilometers under ground, shaking on the surface was more intense than deeper earthquakes of the same magnitude, resulting in major devastation, in particular in the districts of Bantul in Yogyakarta Province and Klaten in Central Java Province. The earthquake took over 5,800 lives, injured around 38,000 more and robbed hundreds of thousands of residential buildings. Meanwhile, the Mt. Merapi’s volcanic activity is increasing and producing lava flows, toxic gases, and clouds of ash, prompting the evacuation of tens of thousands of people. At the same time, the government of Indonesia started the emergency response procedures right after the earthquake while preparing reconstruction and recovery programs. The earthquake was the third major disaster to hit Indonesia within the past 18 months. In December 2004, a major earthquake followed by a tsunami devastated large parts of Aceh and the island of Nias in North Sumatra, and in March 2005, another major earthquake hit the island of Nias again. With Indonesia’s more than 18,000 islands along the Pacific “ring of fire” of active volcanoes and tectonic faults, the recent disaster is a reminder of the natural perils facing this country.


A comprehensive analysis by a team of Indonesian Government and international experts estimate the total amount of damage and losses caused by the earthquake at Rp 29.1 trillion, or US$ 3.1 billion. Total damage and losses are significantly higher than those caused by the tsunami in Sri Lanka, India and Thailand and are similar in scale to the earthquakes in Gujarat (2001) and in Pakistan (2005) (Data from BAPPENAS, 2006). The damage was very heavily concentrated on housing and private sector buildings. Private homes were the hardest hit, accounting for more than half of the total damage and losses (IDR 15.3 trillion). Private sector buildings and productive assets also suffered heavy damage (estimated at IDR 9 trillion) and are expected to lose significant future revenues. An estimated 154,000 houses were completely destroyed and 260,000 houses suffered some damage. More houses will have to be replaced and repaired than in Aceh and Nias at a total cost of about 15% higher than the damage and loss estimate of the tsunami. The impact of the earthquake on public and private infrastructure was relatively limited, with the value of damage and losses estimated at IDR 397 billion and IDR 153.8 billion, respectively. The sector worst affected is energy with damage to the electricity transmission and distribution facilities estimated at a total IDR 225 billion and losses at a further IDR 150 billion from physical damage.


Indonesia is located in a seismically active region. Seismic disaster of earthquake is one of the devastating natural hazards that people in Indonesia must face to this situation. Probabilistic seismic hazard analysis is often applied in estimating seismic risk in different regions. The hazard curves obtained from the analysis are often in terms of ground motion intensity parameters such as peak ground acceleration (PGA), response spectra, etc. Other quantities, such as soil liquefaction potential, damage-state probabilities of civil infrastructures, number of casualties and amount of losses, are then derived indirectly from the hazard curves of ground motion intensity. Since the relationships among these factors are very complicate, they cannot be expressed as simple linear functions of ground motion intensity parameters. In order to mitigate seismic disasters and to manage catastrophic risks, it is necessary to have appropriate damage assessment tools and risk management strategies in all times including emergency response period as well. The proposed tool must be based on the reliable information from scenario simulation, which is based on the existing inventory database and state-of-the-art analysis models. Therefore, development of such seismic scenario simulation technology is very important in countries that suffer from earthquake threats. This research group intends to study on earthquake disaster management and system in terms of loss estimation and its information technology system which is needed to develop in order to assist the Indonesian government, even local and central government, to minimize the miss management of social economic loss, damaged infrastructure analysis after earthquake occurrence. The proposed system will be used to assist in guided actions in emergency response system and reconstruction plan. The research group is named as DIMAS - Disaster Management System Research Group. The group is working the Indonesian Earthquake Loss Estimation System (IELES) which it is collaboration study between Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), National Center for Research on Earthquake Engineering (NCREE) Taiwan and Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM). The proposed system has been developed from the Taiwan Earthquake Loss Estimation System (TELES) considering its useful application in Taiwan earthquake experience.

Wednesday, May 30, 2007

Yogyakarta_Bagian 1





Jogja (resminya bernama "Yogyakarta") adalah kota yang terkenal akan sejarah dan warisan budayanya. Jogja merupakan pusat kerajaan Mataram Kuno (1575-1640), dan sampai sekarang ada Kraton (Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya. Jogja juga memiliki banyak candi berusia ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan besar jaman dahulu, di antaranya adalah Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 oleh dinasti Syailendra.


Pendidikan merupakan unsur yang sangat penting di dalam khasanah Yogyakarta. Sebutan Kota Pelajar yang sudah melekat lama, menjadi daya tarik tersendiri bagi Yogya. Sejak jaman Ki Hajar Dewantoro hingga sekarang telah banyak berdiri institusi pendidikan formal. Dan setidaknya, puluhan universitas serta SMU dan SMK di Yogyakarta itulah yang ikut mempertahankan sebutan Kota Pelajar bagi Jogja.


Selain warisan budaya dan kota pendidikan, Jogja memiliki panorama alam yang indah. Hamparan sawah nan hijau menyelimuti daerah pinggiran dengan Gunung Merapi tampak sebagai latar belakangnya. Pantai-pantai yang masih alami dengan mudah ditemukan di sebelah selatan Jogja.


Masyarakat di sini hidup dalam damai dan memiliki keramahan yang khas. Cobalah untuk mengelilingi kota dengan sepeda, becak, ataupun andong; Anda akan menemukan senyum yang tulus dan sapaan yang hangat di setiap sudut kota.


Atmosfir seni begitu terasa di Jogja. Malioboro, yang merupakan urat nadi Jogja, dibanjiri barang kerajinan dari segenap penjuru. Musisi jalanan pun selalu siap menghibur pengunjung warung-warung lesehan. Banyak orang yang pernah berkunjung ke Jogja mengatakan bahwa kota ini selalu bikin kangen. Berkunjunglah ke sini, Anda pasti akan mengerti sebabnya.


Saat ini, setelah gempa 27 Mei 2006, Jogja kembali menata diri, membangun dan bangkit. Banyak rumah dan tempat tinggal masyarakat, fasilitas publik, peninggalan sejarah dan industri yang hancur dan rusak akibat kejadian tersebut. Meskipun demikian, Jogja tetap memiliki "roh tarikan" bagi sektor wisata untuk datang dan, bagi masyarakat untuk mengenyam pendidikan dan pembelajaran di kota ini.



Welcome, selamat datang di Jogja, ... dengan hati tulus dan terbuka, kami menyambut Anda.



(sumber tulisan dikutip dari beberapa website tentang Jogja)

Kuliah Perencanaan Transportasi CEC 716




Deskripsi Mata Kuliah :

Analisis dan perencanaan transportasi kontemporer (saat ini) mensyaratkan tidak hanya keahlian professional saja melainkan juga teknik dan teori permodelan yang handal dan terimplementasi dalam keahlian pengolahan perangkat lunak (software). Setelah beberapa tahun bereksperimen mengenai pemodelan, saat ini terdapat suatu model yang lebih baik dalam bidang perencanaan transportasi. Kuliah ini menjelaskan dasar-dasar pemodelan dalam analisis dan perencanaan transportasi dan mereview pemodelan yang berkembang saat ini. Topik utama dalam kuliah ini adalah perencanaan (pemodelan) transportasi yang bekaitan dengan suplai dan kebutuhan transportasi. Topik pertama mengetengahkan isu yang akan didiskusikan diantaranya : komponen dalam perencanaan transportasi, penjelasan komponen pemodelan dalam sistem model transportasi perkotaan, analisis pemodelan transportasi dalam topik-topik pemodelan kebutuhan yang terpilih . Topik kedua, mengetengahkan konsep interaksi suplai dan kebutuhan transportasi dan implementasinya.

Tujuan Perkuliahan :

  • Mempersiapkan mahasiswa dengan dasar dan teknik pemodelan yang terkini yang digunakan dalam analisis dan perencanaan transportasi.
  • Mengembangkan kemampuan dan kebutuhan untuk menerapkan secara baik (confidently) model kuantitatif dalam permasalahan di bidang tarnsportasi.
  • Mempersiapkan mahasiswa untuk penelitian akademik di bidang analisis dan perencanaan transportasi.
  • Menyediakan suatu forum untuk bertukar pikiran dan ide mengenai isu-isu yang berkaitan dengan analisis dan perencanaan transportasi.
  • Merekomendasikan isu-isu dan arahan penelitian bidang analisis dan perencanaan transportasi di masa yang akan datang.

Untuk informasi lebih lengkap mengenai outline kuliah per minggu, SAP, GBBPP dan diktat perkuliahan, silahkan mengunjungi kami di http://comes.umy.ac.id/course/view.php?id=237

Part 3:Capai "Leading and Enlightening" dari Kampus Muhammadiyah Yogyakarta

Contributing to poverty Alleviation through Regional Energy Planning in Indonesia (CAREPI)


It is time for planning "Sustainable Energy Development"

(Sri Atmaja, Member of Board of Management of CAREPI Project for Central Java and Yogyakarta)


The high economic growth rates experienced in Indonesia during the period 1987 to 1997 (on average nearly 7% per annum) began to decline rapidly by the end of 1997 as a result of the East Asian economic and financial crises that started in Thailand and also severely affected Indonesia. In 1998, Indonesia’s GDP decreased by more than 13% resulting in a huge increase in the number of people falling back into absolute poverty. To combat the economic crises and achieve sustainable economic growth, the government of Indonesia has started to implement social, political and economic reforms.

A key component of these reforms is the decentralization and regional autonomy policies which were implemented in January 2001. Many powers previously held by the national government now lie with the regional governments. This includes authority over matters such as public works, health, education, industry and trade, environment, and also energy. Regional governments are now responsible for defining the regional energy policy objectives and for formulating and implementing strategies to achieve them, although within the general constraints provided by the national long-term development plan for the energy sector.

In the energy sector, the decentralization of authority means that Energy Forums, assisted by Energy Technical Teams have to be created to enable regional governments to duly execute their new responsibilities in the energy sector. This process started only recently and appears to be laborious and so far progresses slowly. The overall goal of the CAREPI project is to develop institutional and technical capacity in three selected regions in Indonesia (West Nusa Tenggara, Central Java/Yogyakarta and North Sumatra) for conducting energy policy analysis and providing improved energy services to poor communities, in order to alleviate poverty and contribute to sustainable development.

To reach its objectives, the CAREPI project comprises three sections of typically up-stream activities:

  • strengthening institutional and technical capacity on regional energy policy formulation in the selected regions through contributing to poverty alleviation programs;

  • identifying energy priorities, best practices and adapted institutional arrangement for energy service provision; and

  • facilitating the development of concrete energy supply/efficiency projects that address the energy-related needs and policy objectives with a view to maximize local energy resources.

A very original activity of CAREPI is the identification of energy-related needs and priorities of poor communities, then the establishment, training and institutionalisation of a "technical team" as support of the Regional Energy Forum. CAREPI also will contribute to identify and group together stakeholders to give such a Forum full legitimacy to formulate and to implement an energy access strategy to alleviate poverty. The publication of the regional energy outlook will cover all these elements and will enable to serve as example for many more regions in Indonesia or surrounding South Eastern Asian countries as communication and dissemination are important work packages of the project.

The project will build on the experience gained through activities carried out in the framework of the Indonesia-The Netherlands energy working group established in 1995, the GTZ micro-hydro power activities that started in 1991 in Indonesia and the "Energizing Development" program. Through these ongoing activities the project team is very well placed to undertake the CAREPI project, and to develop the local capacity required to enable the regions in Indonesia to formulate sustainable energy policies.

The most significant outcome that is expected from the CAREPI project will be the formulation of an energy strategy and the implementation of energy programs which highly contribute to the alleviation of poverty through access to energy services in the three selected regions. The impacts of the CAREPI project may be realised during or immediately after the project activity, or in the longer term, particularly as the results of the project are disseminated to the other regions in Indonesia. The longer-term impacts that the project seeks to achieve are the incorporation of issues related to improved access to modern energy for poor communities into the national and regional energy policy and planning framework.


An increased supply of modern energy sources to areas currently with limited economic activity, and the resulting increase in productive activity, will ultimately have a significant impact on the regional economy, with the establishment of viable local businesses leading to sustainable development.

The CAREPI project may also have a long-term impact on donor activity in developing countries, demonstrating the benefits of practical co-operation between international financiers (in this case, between the Indonesian Government, the EU and EU Member State Governments). The CAREPI project will allow a better understanding of the mechanisms that may be most effectively used by international donors to convert available resources into practical action with the delivery of tangible benefit to the target recipients.


Centre for Regional Energy Management (PUSPER) of the Muhammadiyah University of Yogyakarta, has a rule as a research institution of Indonesian partner and a technical team for working the CAREPI project in Central Java and Yogyakarta province. PUSPER has responsibility for identification of energy needs and priorities, developing energy planning capacity in Central Java/Yogyakarta region, including the set up of a regional energy database and an integrated energy planning tool, and supporting the regional forums in formulating regional energy policies. CAREPI project started from November 2006 and will be completed on 2009. Detail information of CAREPI project, please visit our website at www.carepi.info.




Part 2:Capai "Leading and Enlightening" dari Kampus Muhammadiyah Yogyakarta

Pengembangan Metode Integrated-Spectral-Analysis-of-Surface-Wave (SASW) untuk Evaluasi Nilai Modulus Elastisitas Struktur Perkerasan Jalan di Indonesia

(Penelitian ini didanai oleh Hibah Bersaing 2007, Nomor SP2H : 139/SP2H/PP/DP2M/III/2007)

Peningkatan kebutuhan ekonomi dan pergerakan masyarakat secara cepat memberikan konsekuensi (tugas) kepada pemerintah baik pusat maupun daerah untuk melakukan percepatan penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur transportasi berupa jalan dan jembatan yang baik. Menimbang hal tersebut, kebijakan pasca-konstruksi infrastruktur menjadi lebih signifikan. Ini disebabkan mulainya berbagai kesulitan yang ditimbulkan dalam kegiatan-kegiatan perawatan, rehabilitasi dan manajemen jaringan jalan yang sudah ada agar tetap dapat digunakan secara baik. Saat ini, ketika jaringan jalan sudah semakin luas dan mempertimbangkan faktor ekonomi serta biaya pemeliharaan jalan yang semakin mahal, maka diperlukan suatu sistem manajemen manajemen jalan (Road Management System, RMS) yang mampu mengevaluasi konstruksi secara baik dari tahap penilaian hingga rehabilitasi. Tujuannya adalah supaya jalan memiliki umur layanan yang lebih lama. Permasalahan manajemen jaringan jalan yang muncul di Indonesia adalah ketidakseimbangan besaran dana evaluasi dan pemeliharaan yang disediakan oleh pemerintah terhadap jaringan jalan yang ada. Hal tersebut menyebabkan makin panjangnya daftar tunggu (back-log) pemeliharaan jalan akibat terbatasnya anggaran yang tersedia (Sjahdanulirwan, 2004). Masalah keterbatasan anggaran memang merupakan masalah klasik yang selalu terjadi berkaitan dengan kegiatan pemeliharaan jalan. Apabila daftar tunggu dan pengurangan anggaran dalam program pemeliharaan akan berpengaruh pada peningkatan biaya operasional kendaraan.

Kemampuan pemerintah dalam APBN dari tahun ke tahun sangat terbatas, sehingga alokasi dana program pemeliharaan jalan tidak dapat mencukupi kebutuhan pemeliharaan.. Dari jumlah panjang 292.000 km, setiap tahunnya rata-rata harus dilakukan pemeliharaan rutin 52% dan pemeliharaan berkala 48%. Kemampuan pemerintah dalam APBN hanya menyediakan dana keperluan program pemeliharaan jalan sebesar Rp.251,8 milyar (termasuk dari Pinjaman Luar Negeri), sedangkan kebutuhan idealnya untuk keseluruhan jalan adalah sekitar Rp.37.17 trilyun. Kebutuhan riil tersebut jauh lebih besar dari pada kemampuan negara menyediakan dana program pemeliharaan. Dengan adanya gambaran ini, makin jelas bahwa pembiayaan sektor jalan melalui mekanisme anggaran sudah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan riil sektor jalan dan konsekuensi back-log pemeliharaan jalan dari waktu ke waktu semakin membesar dan merupakan permasalahan yang serius dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan jalan yang baik di Indonesia. Aspek-aspek tersebut merupakan kenyataan yang tidak bisa dihindari dan perlu dijadikan pendorong untuk mencari upaya-upaya terobosan teknologi pemeliharaan jalan di Indonesia sehingga pembinaan jalan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Tahapan yang paling penting dalam RMS adalah membentuk suatu sistem yang mampu mengukur kondisi jalan saat ini dan memprediksi depresiasi kekuatannya di masa yang akan datang (Rosyidi, 2005). Proses dalam tahapan tersebut yang dilakukan bertujuan untuk pengawasan dan penjaminan kualitas struktur yang lebih ekonomis. Untuk mengetahui kapasitas kekuatan struktur suatu perkerasan jalan memerlukan pengukuran nilai modulus elastisitas dan ketebalan setiap lapisannya secara akurat. Parameter tersebut digunakan untuk menentukan kapasitas beban yang dapat dilayani dan juga untuk pemilihan serta perancangan sistem rehabilitasi yang tepat. Beberapa metode telah dikembangkan untuk menilai kondisi struktur perkerasan yang sesuai jenis pengujiannya dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengujian merusak (destructive testing, DT) dan pengujian tanpa merusak (non-destructive testing, NDT). Keunggulan penggunaan NDT dalam sistem manajemen perkerasan adalah suatu pengujian yang tidak memberikan kerusakan terhadap struktur jalan, cepat, ekonomis dan tidak mengganggu pergerakan lalu lintas. Salah satu NDT yang berdasarkan pada pemanfaatan gelombang permukaan Rayleigh yang dikenal sebagai metode Spectral Analysis of Surface Wave (SASW). Metode pengujian gelombang permukaan ini merupakan salah satu jenis pengujian yang berpotensi untuk menentukan parameter kekakuan dinamik jalan berupa modulus elastisitas bahan perkerasan pada setiap kedalaman lapisan perkerasan.


Ide tersebut di atas mengilhami, kami, menyiapkan satu tim peneliti yaitu saya, Sri Atmaja (Ketua Peneliti, UMY), Gendut Hantoro (UMY), Dr.Gunawan Handayani (ITB), Dr.Siegfried (Puslitbang Jalan dan Jembatan) dan Prof.Dr.Mohd.Raihan Taha (UKM) yang menyusun kajian untuk menghasilkan suatu teknik pengujian lapangan (in situ testing) berupa metode analisis spektrum gelombang seismik buatan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model teknologi seismik berupa teknik Integrated-Spectrum-Analysis-of-Surface-Waves (Integrated-SASW) sebagai suatu pengujian lapangan untuk menilai struktural bahan jalan secara tidak merusak, cepat, akurat dan ekonomis yang digunakan di Indonesia. Metode SASW dibangun berdasarkan analisis perambatan gelombang seismik Rayleigh pada media yang berlapis yang dihasilkan dari sumber mekanik buatan. Metode SASW telah dikenal mampu mendeteksi nilai kekakuan bahan pada lapisan tanah, berbagai lapisan fondasi bangunan maupun jalan dan anomali yang terletak pada suatu struktur. Metode SASW dalam penelitian ini dikembangkan sebagai model teknologi yang lebih inovatif yang mampu digunakan untuk aplikasikan pada pengawasan dan evaluasi kualitas bahan lapisan perkerasan jalan di Indonesia. Untuk mengaplikasikan metode SASW di Indonesia, diperlukan tahapan beberapa studi yang dibagi dalam tiga kerangka penelitian. Kerangka pertama berupa penyusunan model numeris dan analitis untuk mendapatkan model terbaik yang digunakan dalam analisis SASW yang sesuai untuk kondisi lingkungan, jenis bahan dan struktur jalan serta komponen dasar instrumen atau sumber daya yang ada. Kerangka pemodelan yang disusun berupa model pemprosesan sinyal linier, model pembangunan kurva dispersi, model analitis inversi 2-D, 3-D matriks kekakuan dinamik, FEM dan model fitting optimalisasi kurva dispersi teoritik dan eksperimen. Keseluruhan model tersebut untuk mendapatkan model teknologi seismik yang direncanakan. Selanjutnya kerangka kedua adalah tahapan validasi dan kalibrasi model rencana dari kerangka pertama, diuji dalam model simulasi numeris dan analitis dan model fisik perkerasan jalan Indonesia. Kerangka terakhir merupakan pengujian akhir dan validasi empiris terhadap model teknologi SASW yang diusulkan untuk program evaluasi jalan terhadap berbagai teknologi evaluasi jalan yang telah ada. Pengukuran direncanakan terhadap kondisi perkerasan lapangan pada sampel jaringan jalan di kabupaten, propinsi dan nasional di Indonesia.

Tuesday, May 29, 2007

Part 1:Capai "Leading and Enlightening" dari Kampus Muhammadiyah Yogyakarta

Saya bekerja di institusi pendidikan tinggi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (www.umy.ac.id). Berkecimpung di dunia keteknikan khususnya teknik sipil. Sejak akhir tahun 1999, saya bergabung menjadi asisten dosen, hingga April 2000 diberikan SK.Pengangkatan Calon Dosen Tetap. Tahun 2002, diberikan Pengangkatan Dosen Tetap oleh BPH Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sarjana Teknik (ST), diperolehi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 1999, dan Master of Science in Civil and Structural Engineering (M.Sc.E) dari Universiti Kebangsaan Malaysia (www.ukm.my) diberikan setelah hampir 1 jam, mempertahankan tesis master di depan komite penguji pasca-sarjana UKM pada April 2004. Berkarier di dunia akademik, sebagai pengajar sekaligus peneliti memberikan motivasi diri untuk memberikan yang terbaik dalam keilmuan yang ditekuni. Bidang saya adalah teknik transportasi. Kajian studi lebih fokus kepada pemodelan di bidang transportasi khususnya penggunaan metode analitik, mekanistik dan seismik untuk penilaian dan monitoring kekuatan perkerasan jalan, tanah dan infrastruktur sipil.



Saat ini, menekuni studi S-3 di bidang yang lebih luas dengan aplikasi pada geoteknik-struktur, yaitu pemodelan dinamik untuk geo-earthquake engineering, dengan menyusun pemodelan dinamik wavelets. Diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada ummat, bagaimana mengenal pasti karakter dinamik material dari data-data respon dinamik yang tidak stasioner.

Monday, May 28, 2007

Berlibur


Haya saat ini sedang berlibur di rumahnya Umi ... bersama bundanya.